Sabtu, 27 Maret 2010

MEMBACA SUATU KEBUTUHAN


Manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan sesuatu yang baru baginya untuk mengisi jiwanya,supaya lebih pandai dan bijak,manusia perlu membaca dan belajar secara kontinuitas,dalam konsepsi agama: ”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan,menciptakan manusia dari segumpal darah,bacalah dengan nama Tuhanmu yang mulia,yang mengajarkanmu dengan pelantaraan kalam,nmengajarkan manusia apa yang tidak di ketahuinya” (Qs.al-Alaq: 1-5)Membaca adalah sumber ilmu pengetahuan,siapa yang menjadikan bacaan sebagai kebutuhan maka dia akan mendapatkan ilmu yang berkembang.
Kata “Iqra” (bacalah !) adalah suatu perintah,supaya membaca dengan hati,penuh penghayatan makna. Rasulullah ketika di suruh membaca oleh Malaikat Jibril,mengatakan: ”ma ana biqari”( saya tidak bisa membaca) samapai di ulang-ulang tiga kali.Hikmah yang terkandung bagi umatnya adalah,membaca bukan hanya dalam konteks yang kongkret saja.Tapi juga harus pandai membaca yang abstak. Dengan inilah,budaya baca sangat di anjurkan dalam agama,supaya daya nalar berkembang, dan analisa lebih tajam.Kemalasan orang dalam membaca,merupakan penghambat kekritisan diri,karena suatu bacaan menawarkan banyak informasi,yang merupakan kebutuhan manusia.
Ketika saya,membaca buku “Reading at University a guide for students”. karya Gavin Fairbairn dan Susan A.Fairbairn,saya sangat tertarik dengan perumpamaan tentang jenis pembaca,dengan ciri masing-masing sebagai berikut:
1.Pembaca sebagai pesulap, yang sekaligus menyimpan banyak gagasan di udara.
2.Pembaca sebagai koki, yang mengasinkan pendapat-pendapatnya sendiri secara perlahan-lahan dengan berbagai bumbu bacaan dari sana sini.
3.Pembaca sebagai penjelajah, yang menyelam dalam-dalam ke wilayah intelektual yang tak di kenal dan kadang-kadang berisiko.
4.Pembaca sebagai tukang kebun, yang secara hati-hati merencanakan dan menyiapkan lahan dengan memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang ingin di ajukan mengenai teks yang di bacanya,memelihara gagasan-gagasan yang kuat yang di temuinya ketika sedang memupuk bagian-bagian yang lemah.
5.Pembaca sebagai detektif, yang melacak argument-argumen dan alur pemikiran,baik yang terdapat di dalam maupun di antara teks-teksnya.6.Pembaca sebagai kekasih, yang dengan murah hati dan penuh kasih mengurut hal-hal yang di temukannya untuk di pergunakannya dalam penulisan tugasnya.
6.Pembaca sebagai pembuat peta, yang terlibat dalam pembuatan sketsa bentuk bukunya,penentuan titik-titik tinggi dan rendahnya,dan ciri-cirinya yang menarik, supaya ia sendiri gampang menemukannya lagi ketika ia membutuhkannya di kemudaian hari.
Apapun masalah gaya tipikal membaca Anda itu perlu di kembangkan,dengan sendirinya ketika kita menjadikan bahan bacaan sebagai kebutuhan,layaknya kita membutuhkan makan dan minum untuk tuhuh,tapi sebenarnya kalau membaca lebih dari itu. Dalam kitab tariqush-shahih ilathalabul ilm wa barnamaj ta’limudzati.Karya Syeikh Amin al-Haj. Imam Ahmad bin Hanbal rahimallah mengatakan: “Kebutuhan manusia akan ilmu (bacaan) lebih banyak kebutuhannya dari pada makan dan minum.Karena sesungguhnya makan dan minum membutuhkan kepadanya dalam sehari satu atau dua kali. Adapun ilmu (bacaan) membutuhkan kepadaanya hanya bilangan detik atau napas”.
Kebutuhan itulah yang memotivasi seseorang utuk rajin membaca dan berdiskusi,dengan membaca segala masalah bisa di sikapi dengan bijak.Membaca adalah jendela dunia,mengandung arti bahwa sumber-suber informasi dunia,kunci-kuncinya hanya dengan terus belajar (long live education),banyak membaca dan bertanya kepada ahlinya. Belajar Jangan hanya mengandalakan di bangku sekolah atau kuliah,tapi carilah dimanapun kita berada,sumber ilmu ada dimana-mana,kalau membaca tidak dapat di bangku kuliah (formal), kita bisa belajar kepada alam atau lingkungan (non Formal) hanya saja di sini di tuntut ketekunan dan konstan dalam membaca.Tentunya,bacaan yang kita baca jagan asal masuk,tapi perlu di saring (filter), dan di analisa,itulah makna membaca substansi,melihat dan menghayati kandungan maknanya dan mengkritisinya.